Seminggu sebelum penemuan ini, Wang Xiaolin, 42, sempat bertemu dengan mantan guru SMA-nya Liu.
"Saya melintas di depan rumahnnya dan memberi ia sepuntung rokok. Ia sangat kurus ketika itu," ujar Liu.
Setelah itu tetangganya Wang merasa ada yang aneh karena Wang tidak terlihat selama beberapa waktu. Liu yang datang untuk memeriksa, menemukan tubuh Wang yang sudah tak bernyawa terbaring di atas tempat tidur.
Tetangganya menduga pria ini tewas karena belum makan apapun selama beberapa hari. Apakah hal ini karena Wang tak punya uang untuk membeli makanan? Ternyata tidak juga.
Meskipun sudah menjadi sarjana sekitar 10 tahun yang lalu, Wang memang dikenal super pemalas dan tak mau bekerja. Karirnya sebagai guru hanya berlangsung singkat, merasa tak betah, ia pun kembali ke rumah.
Ibu Wang mengatakan bahwa anaknya ini tak pernah membantunya bekerja di Ladang, anak ini juga bersikap sangat kasar bahkan sempat mematahkan tangannya ketika mereka berdua sedang beradu argumentasi. Tak tahan, sang ibu memilih minggat ke rumah anak perempuannya, meninggalkan Wang hidup sendirian di rumah itu.
Wang kemudian hidup seperti gelandangan, kerjaannya sehari-hari hanya berputar-putar di sekitar desa. Jika lapar ia akan memakan sayuran, jagung, atau kacang di ladang. Atau jika perutnya benar-benar kosong, ia akan memanjat pohot untuk memakan buah-buahan.
"Kakak perempuannya terkadang membelikan makanan untuknya atau kami memberinya uang untuk membeli mie instan," ujar seorang tetangga.
Yang mengejutkan, Wang dulunya dikenal sebagai murid pintar dan selalu terpilih sebagai ketua kelas mulai dari kelas 1 hingga kelas 6. Wang bahkan mendapat juara ke-tiga dari lomba matematika tingkat provinsi.
Tak diketahui apa yang membuat Wang menjadi sangat pemalas. Terlalu pemalas sampai-sampai memasang kasur dan selimut di atas ranjang kayunya pun tak ia lakukan. Pada musim dingin, Wang lebih memilih tidur di bawah tumpukan kardus.
Kakak perempuannya berharap Wang dapat berubah menjadi seorang pekerja keras pada kehidupannya di masa yang akan datang.
No comments:
Post a Comment