
Hardisk Kapasitas 1 Yottabytes (1 Triliyun GB) - NSA sedang membangun sebuah ruangan seluas 92.903 m2 sebagai tempat penyimpanan hardisk dengan biaya sekitar 2 milyar dollar. Rencananya tempat ini nantinya mampu menyimpan data sebesar 1 Yottabytes yang diprediksi akan terealisasi pada tahun 2015. Nah, pasti pada tanya Yottabytes kan?? Berapa besar sih 1 Yottabytes itu?

– 1.000 Gigabytes (GB) = 1 Terabytes (TB)
– 1.000 Terabytes (TB) = 1 Petabytes (PB)
– 1.000 Petabytes (PB) = 1 exabytes
– 1.000 Exabytes = 1 Zettabyte
– 1.000 Zettabytes = 1 Yottabytes

Gimana, sudah tahu sekarang berapa sih 1 Yottabytes? Yang pasti mungkin saja bisa menyimpan seluruh data yang ada di dunia ini.

Hardisk sebesar itu tentu juga akan membuat kami membayangkan berapa banyak hardisk yang dibutuhkan untuk mencapai kapasitas tersebut apabilamereka menggunakan hardisk kapasitas 1 TB per buahnya. Kalau dihitung mereka akan menggunakan sekitar 1.000 milyar hardisk. Tetapi dari yang kami baca, kemungkinan besar NSA menggunakan hardisk jauh lebih besar mengingat NSA selalu menggunakan teknologi tercanggih yang biasanya belum ada di pasaran seperti bisa saja mereka menggunakan hardisk dengan kapasitas 25 -100 TB per buahnya.
http://bintancenter.blogspot.com/2012/03/hardisk-kapasitas-1-yottabytes-1.html



Seorang muda berkacamata dengan baju dan peci lurik berdiri di deretan paling depan, menghadap para hadirin yang terhanyut oleh syair-syair bernada patriotik itu. Tangan-tangan lihai lelaki duapuluhlima tahun itu memainkan biolanya dengan merdu. Itulah dia, Wage Rudolf Supratman, pencipta lagu Indonesia Raya, suara kebangsaan yang untuk pertamakalinya diperdengarkan di hadapan publik pada malam penutupan Kongres Pemuda ke-II 1928 di Jakarta. Lagu Indonesia Raya menyempurnakan tiga ikrar para pemuda yang bermufakat untuk bertanah air, berbangsa, dan berbahasa satu: Indonesia.
Masih terjadi perdebatan mengenai tanggal dan tempat lahir Soepratman. Versi yang diyakini selama ini adalah ia lahir tanggal 9 Maret 1903 di Jatinegara Jakarta. Bahkan, sejak 2003 pada era pemerintahan Megawati Soekarnoputri, setiap tanggal 3 Maret diperingati sebagai Hari Musik Nasional. Sementara itu, Dwi Rahardja [foto: MetroTV], seorang peneliti dan pembuat film dokumenter tentang WR Soepratman, melakukan penelusuran sejarah untuk merekonstruksi fakta yang sebenarnya.
Di Makasar, Soepratman masuk ke sebuah sekolah malam untuk memelajari bahasa Belanda, di samping juga sekolah reguler di Europees Lagere School (ELS). Setelah lulus ELS, Soepratman melanjutkan studinya ke Normaal School. Pada usia 20 tahun, ia menjadi pengajar di sekolah untuk pribumi atau Sekolah Angka Dua. Dua tahun selanjutnya ia mendapat ijazah Klein Ambtenaar. Soepratman lantas menuju kota Singkang untuk bekerja di sebuah perusahaan dagang. Namun, tidak lama ia merasa tidak betah lalu minta berhenti dan kembali ke rumah kakaknya di Makasar.




















)

) 
