Sering sakit perut, batuk, pilek, diare, bahkan pernah terkapar akibat tifoid? Coba cek, jangan-jangan Anda termasuk orang yang malas mencuci tangan dengan sabun.
Suka atau tidak, kuman penyebab penyakit ada di sekitar kita. Tanpa sadar, kuman-kuman itu berpindah dari benda-benda yang kita sentuh ke tangan. Kemudian, kuman-kuman itu masuk ke dalam tubuh ketika tangan yang terkontaminasi itu memegang makanan atau menyentuh mulut.
Penularan mikro organisme di lingkungan melalui tangan dapat terjadi dengan berbagai cara. Percikan dari udara serta kontak tangan dengan orang lain juga menyebabkan terjadinya pertukaran kuman atau virus.
Kuman penyakit dapat bertahan di tangan selama beberapa menit setelah kontaminasi terjadi
Badan kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa kedua tangan kita merupakan jalur utama masuknya kuman penyakit ke dalam tubuh. Itu sebabnya, selain menjalankan gaya hidup sehat, kebiasaan mencuci tangan dengan sabun akan mengurangi dan mencegah timbulnya penyakit.
"Kebiasaan cuci tangan mampu mengurangi konsentrasi kuman maupun virus pada telapak tangan," kata Profesor Umar Fahmi Ahmadi, staf pengajar pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia dalam sebuah kesempatan.
Ia menjelaskan, kuman yang ada di tangan manusia terdiri dari dua jenis, yakni kuman yang memang hidup di situ (transenden), serta kuman yang diperoleh dari lingkungan (transien). Kuman penyakit dapat bertahan di tangan selama beberapa menit setelah kontaminasi terjadi. "Bila tangan dibasuh dengan air dan sabun, maka kuman yang tersisa hanya yang sifatnya tidak menimbulkan penyakit," katanya.
Penelitian menunjukkan mencuci tangan dengan sabun bisa mencegah penyakit yang menyebabkan kematian jutaan anak setiap tahunnya, yakni diare dan infeksi saluran pernapasan akut. Dua penyakit ini dilaporkan membunuh 4 juta anak setiap tahun di negara-negara berkembang.
Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 menyebutkan diare masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia. Angka morbiditas diare di Indonesia mencapai 423 per 1.000 penduduk. Di lain pihak Profil Kesehatan Indonesia 2008 menunjukkan prevalensi tifoid di Indonesia masih cukup tinggi, yaitu 1,6 persen atau sektiar 600 ribu - 1,5 juta kasus setiap tahunnya dan menempati urutan 15 dari penyakit yang menyebabkan kematian di Indonesia.
Pencegahan terhadap penyakit-penyakit yang bermula dari faktor kebersihan tangan ini bisa dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan dan memperbaiki perilaku sehari-hari. Dengan memeliharan kebiasaan mencuci dan membersihkan tangan, kita dapat menghindari tertular kuman penyakit dari luar, sekaligus mencegah penularan dari diri kita kepada orang lain.
"Kebiasaan cuci tangan mampu mengurangi konsentrasi kuman maupun virus pada telapak tangan," kata Profesor Umar Fahmi Ahmadi, staf pengajar pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia dalam sebuah kesempatan.
Ia menjelaskan, kuman yang ada di tangan manusia terdiri dari dua jenis, yakni kuman yang memang hidup di situ (transenden), serta kuman yang diperoleh dari lingkungan (transien). Kuman penyakit dapat bertahan di tangan selama beberapa menit setelah kontaminasi terjadi. "Bila tangan dibasuh dengan air dan sabun, maka kuman yang tersisa hanya yang sifatnya tidak menimbulkan penyakit," katanya.
Penelitian menunjukkan mencuci tangan dengan sabun bisa mencegah penyakit yang menyebabkan kematian jutaan anak setiap tahunnya, yakni diare dan infeksi saluran pernapasan akut. Dua penyakit ini dilaporkan membunuh 4 juta anak setiap tahun di negara-negara berkembang.
Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 menyebutkan diare masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia. Angka morbiditas diare di Indonesia mencapai 423 per 1.000 penduduk. Di lain pihak Profil Kesehatan Indonesia 2008 menunjukkan prevalensi tifoid di Indonesia masih cukup tinggi, yaitu 1,6 persen atau sektiar 600 ribu - 1,5 juta kasus setiap tahunnya dan menempati urutan 15 dari penyakit yang menyebabkan kematian di Indonesia.
Pencegahan terhadap penyakit-penyakit yang bermula dari faktor kebersihan tangan ini bisa dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan dan memperbaiki perilaku sehari-hari. Dengan memeliharan kebiasaan mencuci dan membersihkan tangan, kita dapat menghindari tertular kuman penyakit dari luar, sekaligus mencegah penularan dari diri kita kepada orang lain.
Cegah 10 penyakit
Cuci tangan telah terbukti mampu mencegah lebih dari 10 jenis penyakit fecal-oral (lewat tangan ke mulut), seperti kolera, tifus, infeksi saluran pernapasan, flu burung, cacingan, influenza, dan masih banyak lagi. Bila kegiatan mencuci tangan dengan sabun ini dibiasakan, kematian 1 juta anak bisa dicegah. Negara juga bisa menghemat Rp 33 miliar setiap tahun bila cuci tangan masyarakat dibiasakan.
Mencuci tangan dengan sabun sebenarnya termasuk dalam salah satu perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang dicanangkan Kementrian Kesehatan sejak beberapa tahun silam. Namun, hingga saat ini tampaknya belum banyak masyarakat yang mempraktikkannya secara tepat dan benar.
Faktanya, masyarakat hanya mencuci tangan jika tangannya terlihat kotor. Mereka juga lebih suka mencuci tangan hanya dengan air. Sabun dipakai jika tangan berbau tidak enak, itu pun masih diakali dengan materi lain yang aromanya bisa menggantikan bau di tangan.
"Dalam jari-jari tangan yang terlihat bersih, sebenarnya terdapat ratusan telur cacing, kuman dan virus di area permukaan kulit tangan dan di sela-sela kuku," kata dr.Handrawan Nadesul, penulis beberapa buku kesehatan ini.
Selain air yang mengalir dan sabun, menurut Handrawan diperlukan pula sistematika dalam mencuci tangan agar tak ada bagian yang bebas kuman. Sejumlah bukti ilmiah juga membenarkan hanya cuci tangan yang benar yang mampu membatalkan penularan penyakit.
"Bersihkan seluruh bagian pergelangan tangan, punggung tangan serta di sela jari dan kuku dengan sabun selama 20 detik. Lalu basuh dengan air kemudian keringkan dengan tisu atau alat pengering lain yang bersih," paparnya.
Selain teknik mencuci tangan, menurut Handarawan yang tak kalah penting adalah waktu-waktu kritis mencuci tangan, yakni sebelum makan, sesudah ke toilet atau menceboki anak, serta sebelum menyentuh makanan. Praktik ini mampu menurunkan hampir separuh kasus diare dan seperempat ISPA.
Itu sebabnya pemerintah bersama dengan swasta berupaya menyebarkan kebiasaan sehat ini pada seluruh keluarga di Indonesia. Kemitraan untuk mensukseskan agenda tersebut setiap tahunnya diperingati dalam acara Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia yang jatuh setiap tanggal 15 Oktober.
Lebih dari itu, semakin luas dan tumbuhnya budaya PHBS ini di masyarakat diharapkan akan turut mendukung upaya mewujudkan Indonesia lebih sehat yang bermuara pada pencapaian MDG's keempat, yaitu mengurangi angka kematian anak.
Cuci tangan telah terbukti mampu mencegah lebih dari 10 jenis penyakit fecal-oral (lewat tangan ke mulut), seperti kolera, tifus, infeksi saluran pernapasan, flu burung, cacingan, influenza, dan masih banyak lagi. Bila kegiatan mencuci tangan dengan sabun ini dibiasakan, kematian 1 juta anak bisa dicegah. Negara juga bisa menghemat Rp 33 miliar setiap tahun bila cuci tangan masyarakat dibiasakan.
Mencuci tangan dengan sabun sebenarnya termasuk dalam salah satu perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang dicanangkan Kementrian Kesehatan sejak beberapa tahun silam. Namun, hingga saat ini tampaknya belum banyak masyarakat yang mempraktikkannya secara tepat dan benar.
Faktanya, masyarakat hanya mencuci tangan jika tangannya terlihat kotor. Mereka juga lebih suka mencuci tangan hanya dengan air. Sabun dipakai jika tangan berbau tidak enak, itu pun masih diakali dengan materi lain yang aromanya bisa menggantikan bau di tangan.
"Dalam jari-jari tangan yang terlihat bersih, sebenarnya terdapat ratusan telur cacing, kuman dan virus di area permukaan kulit tangan dan di sela-sela kuku," kata dr.Handrawan Nadesul, penulis beberapa buku kesehatan ini.
Selain air yang mengalir dan sabun, menurut Handrawan diperlukan pula sistematika dalam mencuci tangan agar tak ada bagian yang bebas kuman. Sejumlah bukti ilmiah juga membenarkan hanya cuci tangan yang benar yang mampu membatalkan penularan penyakit.
"Bersihkan seluruh bagian pergelangan tangan, punggung tangan serta di sela jari dan kuku dengan sabun selama 20 detik. Lalu basuh dengan air kemudian keringkan dengan tisu atau alat pengering lain yang bersih," paparnya.
Selain teknik mencuci tangan, menurut Handarawan yang tak kalah penting adalah waktu-waktu kritis mencuci tangan, yakni sebelum makan, sesudah ke toilet atau menceboki anak, serta sebelum menyentuh makanan. Praktik ini mampu menurunkan hampir separuh kasus diare dan seperempat ISPA.
Itu sebabnya pemerintah bersama dengan swasta berupaya menyebarkan kebiasaan sehat ini pada seluruh keluarga di Indonesia. Kemitraan untuk mensukseskan agenda tersebut setiap tahunnya diperingati dalam acara Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia yang jatuh setiap tanggal 15 Oktober.
Lebih dari itu, semakin luas dan tumbuhnya budaya PHBS ini di masyarakat diharapkan akan turut mendukung upaya mewujudkan Indonesia lebih sehat yang bermuara pada pencapaian MDG's keempat, yaitu mengurangi angka kematian anak.
No comments:
Post a Comment